Liburan di pasir putih Pulau Untung Jawa yang menegangkan.
- Linardy
- 19 Apr 2019
- 3 menit membaca
Diperbarui: 24 Mei 2019
Liburan kala itu awalnya memang mengasyikan. Bermain pasir putih dan air laut. Siapa sangka perjalanan pulang mengalami hal yang menegangkan.

Memasuki liburan panjang paling asyik kalau kita pergi jauh dan menginap di suatu tempat yang terisolir atau terpencil nan indah. Yah akhirnya kami dengan beberapa keluarga memutuskan bersama sama berlibur ke suatu pulau. Namanya pulau #UntungJawa salah satu pulau dari kepulauan Seribu.
Bagi saya, istri dan anak sudah beberapa kali menginap dipulau ini. Baru kali ini membawa keluarga besar. Selain harga penyebrangan kapal motor dan kontrakan rumah penduduk yang cukup terjangkau dan pantainya tidak kalah bagus. Tetapi harus tahu spot yang bagus. Sebagian besar #pulauUntungJawa pesisir pantainya adalah batu karang yang hancur, kalau terinjak kaki maka sakitlah terasa. Berbekal pengalaman beberapa kali kunjungan, kami tahu spot pasir putih yang enak di injak, lebih bersih dari sampah dan lebih sepi dari para wisatawan. Posisi pantai itu ada di dekat para nelayan berada disebelah timur.


Menitipkan mobil di area parkiran milik TNI AL di dekat dermaga Tanjung Pasir haya seharga 20rb permalam. Mulailah kami antri mencari kapal dari dermaga Tanjung Pasir dengan jarak tempuh 5 km ke dermaga pulau Untung Jawa dan lama waktu 30 menit dengan menggunakan kapal motor seharga +/- 20ribu per orang. Tiba di dermaga pulau Untung Jawa kami sudah ditawarkan penginapan oleh penduduk sekitar. Setelah melihat lihat beberapa rumah, akhirnya kami memilih yang luas karena kami terdiri dari beberapa keluarga. Menginaplah kami dengan harga kontrakan sekitar 400ribu – 500ribu sudah bisa dapat kamar ber AC, ruang tengah bisa dijadikan tempat tidur juga, kamar mandi, dan dapur yang sudah bisa dipakai.

Hari kala itu sunsetnya tertutup awan tebal di ujung horizon, namun dimalam hari justru cerah tanpa awan dilangit. Kami menghabiskan sunset dan malam bersama keluarga bersenda gurau dan bermain kembang api. Malam itu seperti sebuah magic 2 planet berdekatan dengan bulan yang sedang terbit dari arah Barat.

Di pulau ini juga malam cukup ramai dengan para penduduk berbaur dengan para wisatawan, roda perekenomian berjalan baik. Di sini juga terdapat taman bermain untuk anak anak.
Disudut pulau yang penuh semak belukar dan gelap, di tengah suasana yang sepi hanya suara deburan ombak sungguh mengejutkan ada cahaya kecil kelap-kelip berterbangan, kunang-kunang kah itu ? Siapa sangka yah.. rasanya seperti anak kecil lagi kalau melihat kunang kunang. Antusias langsung memberitahu si anak untuk melihat kunang-kunang yang sudah langka itu, dan ini pertama kalinya si anak melihat kunang-kunang hidup. Wow... moment yang sangat berharga.


Ke esokan pagi pukul 5.45 matahari terbit dibalik tebalnya awan pagi menyinari desa nelayan. Jejeran kapal nelayan berbaris rapih tanpa ada kegiatan. Sesekali sebuah kapal nelayan datang laut lepas mencari lokasi menambatkan diantara kapal lainnya.



Burung burung berbagai jenis pemakan ikan mulai mengepakan sayapnya. Terbang melambung melintas antar pulau mencari makan. Tidak ketinggalan burung wallet menari di udara seolah olah menunjukan tariannya kepadaku.


Burung camar berkumpul beberapa meter dari bibir pantai terbang rendah mengepakan sayap dengan menatap tajam ke permukaan air laut. Sesekali beramai ramai menerjang laut yang menyendok ikan ikan kecil dengan paruhnya yang tajam. Fresh Sea food sarapan pagi itu.

Sungguh kaya memang negeri ini dengan ikan, di air dangkal nan jernih benih benih ikan berenang bebas. Wajar saja bila menteri perikanan kita ibu Susi memperhatikannya dan membela nelayan kecil.


Sama seperti benih ikan tadi anak manusiapun tidak sabar untuk nyebur membasahkan diri. Demi menghibur sang anak akupun ikutan nyebur. Orang tua lainnya hanya menanti bersantai melihat dari jauh kami yang sedang bermain air. Kenanganan manis yang akan selalu kami ingat.



Hari sudah semakin sore, kami harus beranjak meninggalkan pulau agar tidak kehabisan kapal yang kembali ke tanjung pasir. Mungkin sore itu dalam perjalanan pulang kami masih dilindungi oleh Tuhan, kapal yang kami tumpangi mengalami mati mesin dan hanyut mengikuti obat tanpa bisa diarahkan. Petugas kapal berusaha memperbaiki mesin dan butuh waktu. Sementara itu juga dari arah berlawanan ada kapal yang serupa menunju berlawanan arah. Entah apa yang ada dibenak kapal yang berlawanan arah karena arahnya benar benar menuju kapal yang kami tumpangi. Dan kamipun tahu bahwa kapal kami tidak bisa dikendalikan kecuali menggunakan bamboo yang dijejakan dilantai laut dan memberikan dorongan. Sampai akhirnya kapal benar benar tabrakan. Semua penumpang berteriak histeris, untungnya tidak terjadi apa apa dan tidak ada korban ataupun memperparah kerusakan kapal. Tuhan masih melindungi.

Kamipun tiba di dermaga Tanjung Pasir dengan selamat. Tidak ada banyak kalimat yang terucap selama perjalanan tadi di kapal. Dan sebagian sampai sekarang masih merasa kapok untuk naik perahu lagi.

Tapi kami pasti akan kembali lagi, karena liburan pulau Untung Jawa cukup bagus dan terjangkau harganya. Serta tidak terlalu jauh dari rumah kami.
@seni mantra, terima kasih bang.
pemandangannya adem bener, jadi pengen kesana kunjungan baliknya gan ke senimantra.id thank you :)