top of page
  • Gambar penulisLinardy

Menuju Desa Sikunir, Dieng. Melewati jalur ekstrem.

Diperbarui: 6 Mei 2019

Tak disangka perjalanan kali ini menuju lokasi wisata benar benar membuat jantung berdebar dan hatipun mulai ciut karena rasa takut dan ngeri. Tetapi dibalik semua itu hal ini menjadi kenangan tak terlupakan.

Memanfaatkan hari kejepit untuk perjalanan jauh melalui jalur darat memang sangat tepat untuk jalan jalan bersama sama keluarga. Apalagi ada jalan tol baru wah sudah kebayang jalan mulus dan lancar. So dimulailah perjalanan kami. Tapi rada nekad juga karena mulai berangkatnya sore hari sekitar jam 15:00. Diluar dugaan banyak traveler juga melakukan hal yang sama yaitu memanfaatkan hari kejepit untuk jadi libur Panjang.


Sedikit info soal Sikunir yang saya tahu dari website. Dieng, desa tertinggi di pulau Jawa ini sangat mumpuni soal keindahan alamnya. Bahkan bukit Sikunir disebut-sebut sebagai Golden Sunrise terbaik di Indonesia. Keindahan alam yang dimiliki Dieng tak lepas dari letak geografisnya yang berada di ketinggian 2093 mdpl. Panorama pegunungan yang sejuk dan kebudayaan yang unik membuat wisatawan tidak hanya bisa melepas penat tapi juga belajar soal budaya Bangsa.

Perjalanan darat menggunakan kendaraan pribadi roda 4. Jarak 468.3km = +/-14 jam.

Lanjut ke cerita perjalanan. Titik kemacetan paling lama adalah di tol Jakarta - Cikampek. Kemacetan ini dikarenakan pembangunan jalan tol, sebisa mungkin traveler mencari rute alternative untuk menghindari jalur tol ini.


Siapa sangka Di tengah kemacetan dan jarak tempuh yang masih ratusan kilometer ada penyemangat untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju Dieng. Sebuah truck dengan tulisan sederhana tapi warna menyolok, sangat eye catching "I Love Dieng" dibelakang baknya. Sebuah panggilan harus menuju Dieng.

Seperti sudah takdir. Ketemu truck yang bertuliskan I love Dieng.


Sekitar pukul 01:00 sampai pukul 03:00 berbekal Google maps kami saat itu menelusuri jalan dan sepajang jalan hanya ada mobil kami dan satu mobil sedan lagi di depan dikendari oleh traveler yang tidak kami kenal. Gaya nyetirnya sangat cepat dan gesit kaya belut gila. Melalui jalan gelap berkabut yang cukup tebal aku coba mengejar agar tidak sendirian. Tapi nih supir sedan kecang amat melaju padahal jalur meliuk liuk ekstrem, gelap dan berkabut. Akhirnya kami tertinggal sampai akhirnya aku pun menghentikan mobil. Dikarenakan jalur didepan semakin berkabut dan menyeramkan.  

Jalan Batur yang sepi dan berkabut. Jadi ragu untuk terus mengikuti jalan. Dapat Info dari traveller yang berlawanan arah bahwa jalan ditutup bambu. Waduuuhhh.

Ditengah keraguan untuk maju. Tidak lama muncul sebuah sedan datang dari arah berlawanan. Eh dia lagi si belut kupret. Aku tanya kenapa balik pak? jawabannya bikin shock. Jalan didepan ditutup bambu. Jiahhh.... sudah jauh jauh malah jalan ditutup. Mau tak mau aku demi keamanan keluarga di mobil akupun mutar balik arah juga.

Tidak lama mulai rame ketemu para traveler juga yang mau ke Dieng. Ada 3 mobil 1 mini bus jenis Elf dan para motoris yang lagi touring.

Diskusi diskusi akhirnya kami semua sepakat untuk terus melanjutkan jalan yang ditutup bambu. Ternyata hanya dihalangin bambu dan bisa disingkirkan. Entah kenapa ditutup bambu dan oleh siapa. Perjalanpun berlanjut.

Akhirnya bertemu para traveller yang searah. Setelah diskusi sejenak diputuskan untuk jalan terus beriringan.

Perjalanan ekstrem belum selesai, tanjakan terjal masih banyak sekali. Bau kampas kopling yang menjerit sangat menyengat. Mobil sempat jalan tersendat sendat seperti kompling yang sudah aus. Waduh ngeri nih kalau mogok. Aseeemmm….

Sangking terjalnya sempat mobil sempat mati di tanjakan. Karena aku kurang imbang antara gas dan kopling. Tapi mobil minibus memimpin di depan lancar aja, mobil sedan dibelakang minibus juga lancar. Kuperhatikan mobil minibus itu cara jalannya kaya ular, meliuk liuk padahal jalan aspal lurus. Akhirnya aku ikutan gaya nyetir seperti ular juga deh.


Akhirnya sampai juga mendekati kawasan wisata Dieng. Masih pukul 05:00 subuh kawasan sudah mulai terang tapi kabut masih tebal menyelimuti. Masuk kawasan sangat ramai sampai macet. Padahal ini bulan Desember musim penghujan.

Petugas hotel yang kami booking menelpon dan membantu untuk memprioritaskan mobil kami untuk masuk ke kawasan wisata Dieng sampai di depan hotel.

Tiba disubuh hari sekitar jam 05:00 sampai 06:00 pagi. Antri masuk kawasan Dieng.

Jam 06:00 kamipun sampai di hotel. Dan sisa waktu hanyalah sampai jam 12:00 siang kami harus check out lagi. Oh tidak!!!

Melalui gapura bertuliskan Sambungan Village Desa tertinggi di pulau Jawa. Akhirnya masuk juga dengan kawalan petugas dari penginapan.

Lelah dan ngantuk berat memaksa kami tetap datang dan harus istirahat sejenak. Pemandangan yang indah dari jendela kamar dan kamar kami memiliki balkon. Memang kami sudah booking kamar yang viewnya bagus. langsung bisa melihat danau Cebong yang dikelilingi bukit salah satunya bukit Sikunir yang menjadi tujuan Utama kami.

Embun pagi yang tebal nampak dari jendela kamar. Aku tidak mengira sebelumnya bahwa aku berada di desa tertinggi di pulau Jawa. WOW!!!

tempat penginapan lumayan bagus spotnya dan dikelilingi kaca jadi kalau kabut menipis danau Cebong dan bukit Sikunirpun bisa terlihat.

Setelah istirahat tidur sekitar 1 jam. Maksud hati ingin naik ke puncak bukit Sikunir. Setelah bertanya dengan beberapa orang yang berhasil naik kepuncak memberitahukan bahwa diatas puncak berkabut tebal dan tidak bisa melihat apa apa. Oh no.....!!

Memang kabut dibawah puncak disekeliling hotel kami juga kabut sangat tebal.

Menunggu sampai siang kabut tak kunjung reda. Walaupun ada reda hanyalah beberapa menit saja. Akhirnya kami pun benar benar hanya bias menikmati keindahan alam di desa Sembungan tanpa bisa mendaki ke bukit Sikunir. Penyesalan??? OH TIDAK... kami masih bisa menikmati keindahan alam dibawah bukit. Perjuangan perjalanan melalui jalur ekstrempun jadi kenangan tak terlupakan. Perjalan masih berlanjut ke kawah Sikidang, Telaga Warna, menginap di Wonosobo, menginap di Purwokerto, mampir ke Gua Maria Kaliori, menikmati dinginnya air terjun di Curug Telu, Batu Raden. Tunggu saja cerita perjalan dan photo kelanjutan setelah dari desa Sembungan ini. 


Jarang jarang bisa menikmati danau seperti ini. Beautiful and so natural.


Penduduk sekitar selain menjadi pemandu wisata, menawarkan hotel, dan ojek juga banyak yang bercocok tanaman sayuran.


Sesaat kabut mulai tipis keindahan alamnya mulai terlihat tapi itu pun hanya sekitar 10 menit saja. Penduduk mulai sibuk dengan kebunnya dan para ojekers sudah mulai ramai menawarkan jasa antar dibawah kaki bukit Sikunir. Dari bawah kaki bukit Sikunir hanya bisa diakses oleh pendakian jalan kaki. Sekitar 30menit.




Menyempatkan motret bersama keluarga

Hitung hitungan ongkos kamar di Sikunir yang hanya beberapa jam saja karena habis waktu dijalanan:

1. Sewa satu kamar lake view seharga +/-550.000. Queen size bed.

2. Sewa satu kamar standard seharga +/-350.000. Queen size bed.

https://www.bobocantik.com/2017/02/home-stay-paling-bagus-di-dieng/


Pesan untuk para traveler yang mau ke Dieng.

1. Berangkatlah di bulan yang bukan musim penghujan.

2. Jangan melalui jalur Batur, tapi ambilah jalur Wonosobo yang lebih landai dan jalan aspal mulus semua.

3. Jangan langsung percaya sama Google Maps. Memang diberi info jalur cepat… tapi asal kuat jantung.

4. Berangkatlah pagi. Kalau susah bangun pagi yah..

5. Sisanya terserah anda. hahahaha.


See you in next trips

Linardy

41 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page