top of page

Sang Penakut di gunung Mandiangin - Sendirian. Sampai Malam.

  • Gambar penulis: Linardy
    Linardy
  • 28 Feb 2019
  • 5 menit membaca

Diperbarui: 6 Mei 2019


Yah siapa yang tidak kenal dengan tempat wisata alam dengan nama gunung Mandiangin. Orang Kalimantan Selatan pasti sudah banyak yang tahu. Tepatnya berada di TAHURA (Taman Hutan Raya) Sultan Adam Mandiangin, diambil dari nama Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Saidullah II yang merupakan Sultan Banjar yang memerintah dari tahun 1825 hingga 1857. Area ini ditutupi oleh hutan lebat yang terainnya beragam mulai daratan rendah sampai pegunungan. ( 63 - 1.373 mdpl ).


Lokasi ini sangat mudah dicapai dan dekat dengan kota besar Banjarmasin sekitar 56km melalui Banjarbaru dengan waktu hanya kurang dari 2 jam. Bisa diakses degan kendaraan roda 4 sampai ke atas perhentian sebelum kepuncaknya. Jalanan sudah di aspal dari awal masuk kawasan perhutanan sampai ke atas puncak sudah di cor beton. Sepertinya pemerintah setempat sudah membuat kawasan khusus wisata. Hanya sayang seperti biasa banyak sampahnya.


Posisi gunung Mandiangin dan danau (waduk) Riam Kanan yang bersebelahan.

Ke lokasi ini aku sudah beberapa kali, baik dengan rekan kerja, keluarga dan maupun sendirian. Awalnya aku sangat ngeri menjadi supir saat menaiki pegunungan ini dikarenakan dipertengahan tanjakan sampai puncak jalurnya walaupun sudah diaspal tetapi sangat sempit hanya muat untuk satu mobil, dan ekstremnya sebelah kiri itu sudah jurang yang cukup dalam, posisi awan saja sudah dibawah kita. Pertama kali aku tak sanggup untuk jadi supir, akhirnya rekan kantor yang jadi joki (supir). Jadi penumpangpun aku tak berani melihat sebelah kiri. hiiiiii.


Persiapan kamera dengan tele lens untuk motret Elang.

Persiapan dan beres

Kedua kali dan ketiga kali aku sudah berani untuk jadi supir sampai puncak. Memang harus dibiasakan dan dilatih. Tapi ini bukan inti cerita serem yang aku maksud di judul. Tiba yang ke 2 kali pada hari Sabtu jadilah ke lokasi sendirian, berangkat dari sejak siang sekitar jam 1-an siang. Memang mau kejar motret matahari terbenam dan kumpulan awan yang menutupi daratan rendah.


Peta di gunung Mandiangin, terdapat beberapa spot persinggahan.

Dalam hati gila dan nekad juga nih sendirian ke gunung hahaha.

Apalagi sebelumnya pernah dengar cerita dari rekan bahwa gunung Mandiangin ini memang agak angker alias mistis. Entah benar atau tidak ini terkait dengan kolam permandian peninggalan Belanda. Jadi ceritanya ada orang yang bisa melihat sosok perempuan Belanda yang sedang mandi.

Sayang aku tidak sempat motret motret di spot ini. Berikut linknya bagi anda yang penasaran.

http://jejakrekam.com/2018/06/23/kolam-belanda-mandiangin-dan-cerita-mistis-penampakan-noni-bergaun-putih/


Di spot gazebo menghadap ke Selatan Tenggara, Pemandangan cukup menarik dari, karena bisa melihat pegunungan Kahung, Belangin Aranio. Dan yang menurut aku keren adalah disini masih bisa dijumpai tapi harus sabar menanti. Yaitu burung elang hitam terbang melayang dekat dengan spot kita berada di Gazebo. Sepertinya sarangnya tidak jauh jauh di lereng gunung Mandiangin.

Awan seperti kapas yang menyelimuti pegunungan Kahung, Belangin Aranio

Beberapa kali menjumpai elang ini, kadang hanya seekor dan kadang bisa sampai 2 ekor elang sedang terbang melayang mengagumkan.

Salah satu fauna yang terdapat di lokasi ini Elang hitam (Ictinaetus malayensis)


Di perhentian mobil masih berjumpa dengan para wisatawan lainnya. Posisi ini adalah persimpangan kalau ke arah Barat berarti naik kepuncak gunung Mandiangin dan hanya bisa di akses dengan jalan kaki atau bersepeda gunung. Kalau keselatan ke lokasi yang awalnya aku tidak tahu dan belum pernah ke sana.

Jadi kuputuskan untuk ke arah Barat untuk menikmati pemandangan dan mencari spot motret sunset. Dari sini bisa kelihatan lebih jelas danau (waduk) Riam Kanan karena posisi berdiri lebih tinggi. Untuk anda yang penasaran dengan danau (waduk) Riam Kanan bisa lihat blog di tautan berikut ini:

https://linardyphotography.wixsite.com/travelphotostory/post/bermalam-tahun-baru-di-pulau-pinus-1

Di puncak gunung Mandinangin menghadap arah Barat, tampak awan yang menggelora di atas pegunungan.

Waktu menunjukan pukul jam 5 sore tiba saatnya matahari mulai terbenam aku harus bergegas harus pindah lokasi dan meraba raba melihat peta di posisi mana paling baik. Karena di area puncak posisi matahari terbenam saat itu tertutup dengan bagian gunung.

Menikmati pemandangan.

Suasana masih terang dan akupun tidak berpikir macam macam saat itu. Mengikuti peta google map kembali ke perhentian mobil aku ke arah Selatan (Benteng Belanda) yang tidak aku ketahui sebelumnya. Wisatawan sudah mulai sepi, di perhentian awal sudah tidak ada orang lagi. Tapi aku tetap terus mengikuti arah Selatan dengan berjalan kaki dan semakin jauh semakin sepi hening hanya suara angin dan suara serangga suasana hutan cukup lebat walau disebelah kiri masih nampak sekilas perbukitan. Suara nafas sendiri pun terdengar yah maklum ngos ngosan jalan kaki.


Sampai akhirnya di area yang sedikit terbuka walau masih ada pepohonan yang menjulang tinggi. Kavrettt sepi amat... itu apaan yah koq seperti ada bangunan yang rata dengan gundukan gundukan tanah setinggi 2 meteran. Setelah semakin dekat aku menemukan bangunan cor coran dari semen yang menyatu dengan gundukan tanah yang kemungkinan menjadi ruangan bawah tanah. Tetapi ada juga reruntuhan diatasnya. Oo Em Gi (baca OMG) bulu kuduk jadi begidik. Terdapat papan yang dipaku dipohon dengan tulisan Benteng Belanda. Sayang saat itu aku tidak mengambil photo photonya.

Mau terus.....ngeriii....

Tapi aku belum menemukan ujungnya masih ada sekitar 100 meter lagi. Tapi sudah mulai lebat lagi dengan pepohonan dan semakin gelap. Niat meneruskan akhirnya aku urungkan dan mulai berpikir sambil melihat sekeliling. "Kenapa jalan kaki sampai sini yah?" padahal mobil bisa masuk sampai area ini. Kalau ada apa apa gimana kaburnya? Lari? Mumpung masih belum terlalu gelap bergegaslah kembali menuju mobil untuk parkir dekat Benteng Belanda.


Sepanjang jalan kembali ke mobil melewati hutan lebat... Hmppphhh merindiiiiinnng... sebentar bentar noleh kebelakang karena takut ada yang mengikuti, hiii serem. Ada 5 kali kepala ini menoleh kebelakang. hahahahahahaha.

Dan waktu sudah semakin senja sekitar jam 5:30 sore. Mobil sudah terpakir dekat agar kalau ada apa apa bisa lempar kamera di kabin trus tancap gas.

Akhirnya tripod yang sedari tadi dipikul pikul di set ke tanah dan memasang kamera diatasnya, posisi dipinggiran jurang yang terbebas dari pepohanan. Di sinilah angin kencang mulai berhembus kencang kadang selow kadang kencang kadang selow lagi. Pas angin kencang seperti biasa pepohonan bunyi berderik kena angin hiiiii kenapa gua disini sendirian ya?!" Tapi hati ini sudah kuat gak mau rugi tanpa hasil photo yang bagus. Akhirnya tetaplah bertahan sampai jam 6:20 sore lewat dan benar benar matahari tidak terlihat lagi dibalik garis horizon bumi.

Masih diposisi area yang sama belum beranjak karena golden sunset itu bukan mataharinya akan tetap warna langit yang menjadi berubah warna indah dikala pantulan cahaya matahari menyinari langit dan awannya. Sampai akhirnya jam 6:30 lewat setelah jepret jepret motret. Aku sudah cukup puas dan memang sudah semakin gelap.

Hasil motret matahari terbenam pada hari itu.

Bergegas ke mobil dan tanpa meringkas tripod dan masih menempel kamera aku lempar ke kursi kabin belakang karena ngeri. Starter mobil, lampu malam posisi on. Tancap gassssss... dalam perjalanan pun masih melirik lirik kaca. Karena suasana sudah gelap. Hiiiii... serem...



Belum puas dengan motret, aku kembali stop di gazebo, berdiri dipinggiran untuk memotret daratan rendah yang sudah mulai tertutup awan. Sayang baterai sudah mau habis. Saat itu sudah benar benar gelap dan bintang bintang sudah tampak berkelip kerlip di langit Utara dan sebagian lagi di langit  Barat Laut awan tebal dengan petir menyambar.



Akhirnya akupun menyudahi petualangan konyol ini. Sepanjang jalan menuruni lereng dengan mobil disuasana yang gelap dengan jalan sempit meliuk liuk mengikuti jalur. Sesekali melirik kekaca spion dalam mobil. Siapa tahu ada yang numpang dibelakang kabin. Hahahahaha Anjayyy.



See you next trips.

Linardy



Commentaires


Bergabung dengan milis kami

  • Black YouTube Icon
  • Black Twitter Icon
  • Black Facebook Icon
  • Black Flickr Icon
  • Black Instagram Icon

© 2019 Travel & Photo Story | Beautiful Indonesia

bottom of page